Selasa, 06 April 2010

metodologi penelitian bab III

Pertemuan ke III
BAB III
KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN

A. Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian, tentu harus ada masalah. Nah, dalam mengungkapkan suatu masalah, tentu saja ada prosesnya.
Pertama-tama, yaitu konseptualisasi. Apa sih konseptualisasi itu?
Konseptualisasi kata dasarnya konsep, dan mempunyai makna sebuah proses pembentukkan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan.
Proses tersebut berjalan secara induktif (khusus-umum), dengan cara mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskan dalam bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak, sedangkan gejala bersifat konkrit.
Konsep berada dalam bidang logika (teoritis), sedangkan gejala berada dalam bidang/dunia empiris (faktual) memberikan konsep pada gejala itulah yang disebut konseptualisasi, konsep bersifat abstrak dan dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.
Proses ini diawali dengan mengungkapkan permasalahan, penelitian, latar belakangnya, perumusannya, dan signifikansinya.
Masalah dalam penelitian, yaitu sebagai suatu kesengajaan yang ada diantara kenyataan dan harapan, serta apa yang ada dan apa yang seharusnya ada tidak sesuai dalam suatu peristiwa.
Suatu masalah penting untuk diteliti, dari segi kepentingan akademis, suatu penelitian bisa mengukuhkan teori yang ada, atau menyangkalnya atau merevisinya. Sedangkan kepentingan praktis, berhubungan dengan pentingnya penelitian itu dalam pengembangan program/pekerjaan tertentu.

Masalah dikelompokkan dalam 3 kategori:
1. Masalah Filosofis
Suatu masalah dikatakan filosofis jika gejala empirisnya tidak sesuai dengan pandangan hidup dalam masyarakat.

2. Masalah Kebijakan
Masalah yang tergolong dalam masalah kebijakan adalah perilaku-perilaku atau kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sipembuat kebijakan.
3. Masalah Ilmiah
Masalah yang tergolong dalam kategori masalah ilmiah adalah kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan teori ilmu pengetahuan.
Masalah sosial menampakkan diri pada konflict issue yang dapat ditangkap dari peristiwa-peristiwa yang ada dalam masyarakat. Untuk merumuskan masalah dari isu yang ada bisa dilakukan dengan cara mempertemukan gejala-gejala faktual dengan teori.
Perhatikan :
Untuk merumuskan masalah, perlu diperhatikan pokok-pokok yang membantu memperjelas masalah:
1. Pertanyaan tentang, mengapa masalah itu penting? dan untuk menjawabnya, perlu diungkapkan latar belakang permasalahannya.
2. Apa masalahnya? dan untuk menjawabnya perlu dilakukan penjajakan disekitar lokasi penelitian, untuk mengungkapkan gejala-gejala khusus dari setiap individu yang bermasalah. Dengan metode induksi, akhirnya kita dapat merumuskan konsep yang merupakan fokus penelitian kita, dan dengna konsep tersebut kita merumuskan masalah penelitian secara eksplisit, biasanya masalah itu dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.


A. Variabel
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsep bersifat abstrak, tetapi menunjuk pada objek-objek tertentu yang konkrit. Objek yang konkrit itu bersifat individual, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sifat dari objek-objek yang berbeda-beda itu adalah:
1. Mempunyai ciri umum yang sama;
2. Setiap objek berbeda, masing-masing mempunyai ciri tersendiri yang membedakannya dengan objek lain. Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat objek-objek itu bervariasi, karena itu disebut variabel;
3. Perbedaan pada setiap objek terletak pada ukuran masing-masing, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, karena ukuran yang berbeda itulah maka konsep itu disebut variabel.
Suatu konsep disebut variabel jika ia menampakkan variasi pada objek-objek yang ditunjukkannya. Jadi, konsep bukan variabel jika tidak tampak variasi pada objek-objek itu.
Dalam sebuah konsep dapat memiliki indikator empiris satu atau lebih, dengan indikator empiris itu kita merumuskan variabel secara operasional dari konsep. Definisi operasional dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dapat berfungsi sebagai petunjuk untuk menemukan data yang tepat dalam dunia empiris.
Definisi operasional suatu variabel tidak boleh dirumuskan dalam bentuk sinonim. Contoh misalnya, kata “kerajinan belajar”, dirumuskan sebagai “kerajinan belajar” adalah ketekunan siswa untuk mempelajari bahan materi pelajaran. Nah, kerajinan dan ketekunan mempunyai makna yang sama.

Variabel terbagi menjadi 2 pasangan variabel, yakni sebagai berikut:
1. Variabel dependen dan variabel independen
Perbedaannya:
Variabel dependen disebut juga variabel tidak bebas, apabila nilai dan harganya ditentukan oleh satu atau beberapa variabel lain. Dalam hubungan ini, variabel lain itu disebut variabel independen atau variabel yang bebas. Variabel dependen sering juga disebut variabel indogen, sedangkan variabel independen disebut juga variabel eksogen.
2. Variabel kontinyu dan variabel dekrit
Kedua jenis variabel ini berbeda dalam cara pengukurannya. Variabel kontinyu dapat diukur dengan bilangan kontinyu, sedangkan variabel deskrit hanya bisa diukur dengan bilangan deskrit/bulat.

B. Skala Pengukuran
Setelah kita tahu berdasarkan materi yang telah dibahas, bahwa sifat indikator empiris yang pertama adalah dapat diamati, nah sifat yang kedua adalah dapat diukur pada skala tertentu. Pengukuran itu paling sedikit bertujuan untuk membedakan yang satu dengan yang lain.
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka pada setiap objek dalam skala tertentu. Mengukur suatu variabel dapat dilakukan pada salah satu dari 4 skala pengukuran, yaitu: 1) skala nominal, 2) skala ordinal, 3) skala interval, 4) skala ratio.

Penjabarannya :
1. Skala Nominal
Skala nominal ini dapat ditetapkan pada setiap variabel, karena skala ini berfungsi untuk membedakan setiap objek pada variabel yang diukur adalah setatar, namun berbeda satu dengan yang lain.
Ciri-ciri dari skala nominal, yaitu:
a. Bersifat deksriminatif (membedakan)
b. Bersifat ekualitas dalam arti bahwa kategori-kategori dalam variabel itu sama
c. Simetris dalam arti bahwa angka 1 dapat diukur dengan angka 2
d. Pengkategoriannya bersifat tuntas

2. Skala Ordinal
Skala ini menunjukkan perbedaan antara kategori yang satu dengan kategori lainnya. Namun, perbedaan itu bukan perbedaan yang setatar, tetapi perbedaannya jenjang/tingkat.

3. Skala Interval
Skala ini menunjukkan pula perbedaan seperti pada skala nominal dan skala ordinal. Perbedaannya bahwa interval antara 1 dan 2, 2 dan 3 dan seterusnya adalah sama.

4. Skala Ratio
Skala ini hampir sama dengan skala interval, perbedaannya titik nolnya bersifat mutlak. Dilihat dari segi kehalusan pengukuran, skala ratio adalah yang paling tinggi, disusul dengan skala interval, skala ordinal dan terakhir skala nominal.

“Skala ratio dapat dirubah pada skala interval, skala interval tidak dapat dirubah pada skala ordinal, dan skala ordinal tidak dapat dirubah pada skala nominal. Namun pada umumnya, ordinal tidak bisa dirubah pada skala interval, dan skala interval tidak bisa dirubah pada skala ratio.

REFERENSI
Kerlinger, Fred N., 1973, Foundation of Behavior Research, New York: Holt Rine Hart and Winston
Bandingkan Yelon, Stephen L. et. al, 1977, A teachers world psychology in classroom, Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, hal. 294
Price, James L., 1972, Handbok of Organizational Measurement, Toronto: D. C. Heath and Companya, hal. 138.

metodologi penelitian bab II

Pertemuan ke II
BAB II
PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH


A. Dua Pilar Ilmu Pengetahuan
Penelitian sebagai proses ilmiah, mengapa?
v Karena dari suatu penelitian dapat dikembangkan teori untuk dapat membantu memberikan solusi dalam memecahkan masalah. Dimana untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan proses berfikir secara deduksi dan induksi dan kedua proses tersebut merupakan cara memperoleh pengetahuan dalam berfikir ilmiah.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian itu pada hakikatnya adalah proses “Bertanya-menjawab”, tetapi antara bertanya dan menjawab terdapat suatu proses yang menentukan mutu jawaban yang diperoleh. Proses itu dilakukan secara deduksi, induksi, sistematis, terkendali, empiris dan kritis. Jawaban yang akan diperoleh melalui proses penelitian, harus mampu memberikan penjelasan terhadap Peristiwa-peristiwa empiris yang dipertanyakan.
Teori harus disusun secara logis dan rasional dan dipihak lain harus actual. Cirri ilmu yang demikian dinyatakan oleh Babbie sebagai berikut :
“science is sometimes charactereized as logico – empire cal. This ugly term carries and important massage : two pillars of science are (1) logis or rationally and (2) the observation of empirical facts.
Pilar yang pertama adalah logika atau rasionalitas, dan pilar yang kedua adalah pengamatan empiris karena ditopang oleh kedua pilar tersebut maka cirri ilmu pengetahuan.
Ciri ilmu pengetahuan adalah Logis empiris.
Hubungan dan antara kedua pilar tersebut terdapat hubungan timbal balik, dalam berpikir ilmiah, cara memperoleh pengetahuan itu melalui dua proses yakni deduksi dan induksi.
Teori yang sifatnya logis dengan cara berfikir deduktif, menyerahkan kita kepada kenyataan empiris, dan kenyataan empiris dengan cara berfikir induktif mengarahkan kita pada teori, dimana permasalahan dan jawaban dari suatu peristiwa itu dapat ditemukan dalam dunia empiris.

B. Tahap-tahap dalam proses penelitian
Dibawah ini sepuluh tahap yang harus dilalui secara sistematisdalam suatu penelitian empiris.
!) Konseptualisasi Masalah
Proses penelitian ilmiah diawali dengan merumuskan pernyataan penelitian. Ini harus dilakukan dengan teliti yang terdiri dari masalah dan pernyataan tentang penelitian.
2) Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis sebagai jawaban sementara bisa mengantarkan kita pada jawaban sebenarnya. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian.
3) Kerangka Dasar Penelitian
Konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah, saling berhubungan membentuk proposisi dan disusun dalam suatu kerangka dasar, konsep-konsep tersebut tercakup dalam hipotesis, untuk memperoleh tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
4) Penarikan Sample
Ini dilakukan agar data untuk menguji hipotesis dapat dikumpulkan. Hasil dari prosespenarikan sample inilah suatu daftar responden sebagai sample dari populasi penelitian.


5) Konstruksi Instrument
Suatu metode pengumpulan data dan alat –alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya.
Metode tesbut sebagai pedoman wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dsb.
6) Pengumpulan Data
Dilakukan sebagai pembuktian hipotesis dan dilakukan terhadap responden yang menjadi responden penelitian.
7) Pengolahan Data
Dilakukan dalam 3 tahap, yaitu; Editing (penyunting), coding(Pemberian kode) dan menyusun dalam master sheet (table induk).
8) Analisis Pendahuluan
Ini Bersifat deskriftif dan terbatas pada data sampel maksudnya untuk mendeskripsikan setiap Variabel pada sample penelitian dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis berikutnya.
9) Analisis Lanjut
Yang diarahkan pada pengujian hipotesis alat analisis yang di pakai untuk ini disesuaikan dengan hipotesis operasional yang telah di rumuskan sebelumnya.
10) Interpretasi
Hasil dari analisis di interpretasikan melalui proses pembahasan.tahap terakhir adalah melaporkan hasilpenelitian dalam bentuk tertulis.
Tahap-tahap dalam proses penelitian :
1. Konseptualisasi masalah
2. Tujuan dan hipotesis
3. Kerangka Dasar
4. Penarikan sample
5. Konstruksi Instrumen.
6. Pengumpulan data
7. Pengolahan Data
8. Analisis Pendahuluan
9. Analisis lanjut
10. Interpretasi
Dengan tingkat pertama (1-6) dan tingkat kedua (6-1)
Keterangan:
- tingkat pertama berjalan dalam proses deduksi yang bercirikan diferensiasi. Disebut deduksi karena prose ni berjalan dari teori-teori dan konsep-konsep yang sangat abstrak menuju pada epidensi-epidensi empiris yang sangat konkret, suatu proses untuk mendaratkan konsep yang abstrak didalam dunia empiris yang konkret.
Proses ini mempunyai cirri diferensiasi. Karena suatu konsep yang akan diteliti membutuhkan banyak data, sehingga prosesnya berjalan dari satu kebanyak.
- tingkat kedua berjalan dalam proses induksi yang bercirikan integrasi. Disebut induksi karena prose itu dimulai dari kenyataan-kenyataan konkret dengan seperangkat data sampai pada konsep-konsep yang abstrak melalui penyderhanaan-penyederhanaan. Cirri integrasi tampak pada proses perangkuman data, dari banyak menjadi sederhana menjadi konsep yang bermakna.
C. Komponen-komponen informasi dan metodologi
Tahapan yang ditempuh dalam proses diatas tidak membedakan tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen hasil temuan itu disebut komponen informasi dan cara menemukannya disebut komponen metologi.
Menurut Wallace, proses penelitian terdiri atas 5 komponen informasi :
1. Teori
2. Hipotesis
3. pengamatan
4. generalisasi empiris
5. penerimaan atau penolakan hipotesisi
informasi-informasi tesebut ditemukan melalui 6 komponen metologi yaitu :
a. deduksi logis
b. interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
c. penyederhanaan (Dengan statistic/ estimasi parameter)
d. pembentukan teori dan proposisi
e. pengujian hipotesis
f. inferensial logis
Komponen Informasi & Komponen Metodologi (Wallace)
1. mempermasalahkan suatu teori
2. dari teori, menurunkan hipotesis, dengan cara deduksi logis
3. untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan, dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrument, menarik sample dan penetapkan pengukuran variable, berdasarkan data hasil pengamatan, ingin diketahui apakah hipotesis penelitian dan diterima / ditolak, dan ningin diperoleh informasi berupa generalisasi empires.
4. penerimaan/ penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis.
5. generalisasi diperoleh melalui penyederhanaan data secara statistic, yaitu dengan teknik estimasi parameter.
6. dari hasil uji hipotesis, kemudian disimpulkan sejauh mana teori yang dipermasalahkan itu dapat diterima. Proses ini dilakukan dengan cara inferensial atau induksi logis
7. dipihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi dan teori.

Catatan :
v proses pembentukan konsep dan proposisi yaitu :
dibentuk dari informasi berupa generalisasi empiris yang diperoleh dari data hasil pengamatan yang didapat melalui penyederhanaan data secara statistic.





Referensi :

Babbie, Earl. 1992. the pratice of social research .
Belmon : wadsworth publishing company, hlm. 27.

Bandingkan dengan Nan Lin. 1976. foundations of social research. Newyork : Mc graw-hill book company. Hlm. 9

Wallace, Walter. 1979. “An Overview Of Elements In The Scientific Process”. Dalam John Bynner dan Keith M. Stribly (ed), Social research : Principles and Produces. New York : Longman In Association With The Open University Press, hlm. 4

metodologi penelitian bab I

Pertemuan ke 1
HAKIKAT ILMU & PENELITIAN


A. Pengetahuan
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistemasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi.
Pengetahuan yang mempunyai sifat ilmiah, memiliki syarat:
- Harus memiliki objek tertentu (formal dan material)
- Harus bersistem (harus runtut).
Disamping itu, pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan deduksi, induksi dan analisis.
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Menurut sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada diluar akal.


Beberapa Masalah dalam pengetahuan, ada 3 hal :
Ontologis = Masalah yang berkaitan dengan pertanyaa ( apa pengetahuan ) ?
Epistemologis = Masalah yang berhubungan dengan pertanyaan ( bagaimana mengetahui pengetahuan ) ?
Aksiologis = Masalah yang berhubungan dengan pertanyaan
( untuk apa pengetahuan ) ?
Pengetahuan hakekatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang obyek tertentu.
èPengetahuan mencakup baik knowledge, Science, Seni & Teknologi.
Ada dua cara manusia untuk mendapat pengetahuan yang benar :
mendasarkan diri pada rasio
mendasarkan diri pada pengalaman
Selain rasio dan pengalaman, pengetahuan yang benar dapat pula diperoleh melalui intuisi dan wahyu.
Ø Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan. Tetapi masalah pengetahuan tidak hanya mendapatkan pengetahuan. Melainkan pendapat pengetahuan yang benar.
Ø Kriteria kebenaran :
· Tidak mutlak
· Berbeda menurut waktu, Tempat dan orang
· Bersifat tentatif
Pernyataan tentang apa yang dianggap sebagai suatu kebenaran, dilakukan melalui proses penalaran.

B. Teori Proposisi & Konsep
1. Teori
Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu, dengan teori :
Ø Kita dapat “Membaca” kenyataan-kenyataan empiris yang terjadi disekitar kita.
Ø Salah satu ciri atau dapat diuji secara empiris. Tanpa dihadapkan dengan peristiwa empiris, suatu teori akan lumpuh, karena teori sangat penting dalam kaitannya dengan penelitian empiris, maka perlu kita mempunyai pengalaman yang sama dengan teori.

Teori menurut Nan Lin adalah :
“ A Set of interrelated propositions. Some of which can be empirically tes”.
Yakni terdiri atas perangkat proposisi pernyataan-pernyataan tentang hubungan diantara dua konsep/ lebih.
Teori menurut Kerlinger :
“ A theory is a set of interrelated construts (concept) definition and propositions that present a systematic view of fenomena by specify relations among variables, with the purpose of explaning and predicting the phenomena.”
Ø Masing-masing proposisi/definisi/konsep saling menerangkan sehingga kita memperoleh suatu gambaran yang bulat dan utuh, tentang suatu peristiwa.

Secara umum:
“ Teori adalah set konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari gejala.

Tiga fungsi teori :
1. fungsi eksplanatif/ menjelaskan hubungan antara peristiwa
2. fungsi prediktif/ pelamaran/ prakiraan
3. funfsi control/ mampu mengendalikan peristiwa

2. Proposisi
Pernyataan tentang hubungan antara 2 konsep/ lebih suatu proposisi akan mempunyai makna teroritis jika dibentuk konsep-konsep kunci suatu disiplin ilmu pengetahuan. Proposisi adalah bahan untuk membentuk teori dan konsep sebagai bahan bakunya.




3. Konsep
Merupakan bahan baku pengetahuan. Dari konsep dibentuk proposisi dan membentuk teori. Konsep juga merupakan istilah/ symbol yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep adalah sesuatu yang abstrak, tetapi menunjuk pada suatu yang konkret.

C. Cara memperoleh pengetahuan, diantaranya :
1. Metode keteguhan
orang menerima kebenaran karena merasa yakin pada kebenaran.
2. Metode otoritas
sesuatu diterima sebagai kebenaran, karena sumbernya mempunyai otoritas untuk itu.
3. Metode opriori
sesuatu dan diterima sebagai kebenaran semata-semata berdasarkan intuisi.
4. Metode tradisi
seseorang menerima suatu kebenaran dari tradisi yang berlaku di masyarakat.
5. Metode trial dan error
diperoleh melalui pengalaman langsung
6. Metode metafisik
mengetahui yang diperoleh dari pengajaran agama/ kepercayaan/ mistik termasuk dalam golongan ini.
7. Metode ilmiah
dilakukan melalui proses deduksi dan induksi. Permasalahan dan jawabannya ditemukan didalam dunia empiris.

D. Metode ilmiah dan akal sehat
Dua hal tersebut dibedakan dalam proses penelitiannya . proses penelitian ilmiah bersifat empiris, terkendali, analitis, sistematis.
Perbedaan metode ilmiah dengan akal sehat menurut Kerlinger :
perbedaan
Metode ilmiah
Metode akal sehat
- penggunaan pola koseptual & struktur teoritis
-Menggunakan teori & konsep secara ketat & terkendali
- menggunakan teori & konsep secara longgar
- penjelasan tentang gejala atau fenomena tentang diterima begitu saja
- teori dan hipotesis
- di uji secara sistematis
-di uji secara selektif & tidak obyektif
- Pengamatan terhadap fenomena
- dilakukan secara terkendali
- untuk mengetahui penyebab peristiwa dikumpulkan seperangkat variable yang diangkat sebagai variable control terhadap peristiwa yang dipelajari
- Tidak
- pendekatan dengan akal sehat
Tidak dapat diterima
- dua fenomena yang muncul sering langsung di hubungkan dalam suatu hubungan sebab akibat tanpa melalui penelitian yang dilakukan secara sistematis
- pendekatan ilmiah
- selalu bersifat empiris
- Tidak dapat diterima

E. Pengertian penelitian ilmiah
Penilaian ilmiah sebagai proses bertanya jawab, memperhatikan peristiwa-peristiwa empires dalam kerangka berfikir teroritis tertentu. Peristiwa-peristiwa empiris sebagai pusat perhatian dapat dibedakan atas gejala-gejala alam dan gejala-gejala social.

Penelitian menurut Nan Lin :
“Suatu penelitian mempunyai dua macam signifikasi teroritis, karena ia dapat mengembangkan teori dan signifikasi praktis karena ia dapat memberi bantuan dalam memecahkan masalah.”

Definisi diatas bersifat finalis karena hanya menggambarkan tujuan dari penelitian itu sendiri.
Penelitian dilihat dari segi prosesnya, menurut Kerlinger : “Scientific research is systematic, controlied, empirical, and critical investigation of hypotetical proposition about the presumed relations among natural phenomena.”

Definisi diatas menjelaskan bahwa proses penelitian itu adalah menyusun hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat diantara fenomena-fenomena itu. Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Karena tidak berdasarkan pada perasaan, pengalaman dan intuisi penelitian semata yang bersifat subyektif.
Tujuan penelitian :
meningkatkan / mengembangkan pengetahuan
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban
menangkap opportunity/ peluang
memverifikasi fenomena yang terjadi dengan suatu teoti yang telah ada
melakukan pengujian terhadap suatu fenomena untuk menemukan suatu teori yang baru

Empat kriteria yang harus dipenuhi dalam penelitian ilmiah :
penelitian dilakukan secara sistematis
penelitian dilakukan secara terkendali
penelitian dilakukan secara empiris
penelitian bersifat kritis

Beberapa kriteria metode ilmiah secara umum (Davis & Cosenza, 1993: 37) :
kritis dan analitis : mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya
logis : merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah
Testability : penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis melalui pengujian statistic dengan data yang dikumpulkan
Objektif : hasil penelitian dinyatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya
Konseptual dan teoritis : ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan teoritis
Empiris : metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.
Sistematis : mengandung arti suatu prosedur yang cermat.

F. Tipe Penelitian
Tipe-tipe penelitian diantaranya :
1. Penelitian eksploratif
Berhubungan dengan pertanyaan dasar (apa) maksudnya ingin mengetahui suatu gejala/ peristiwa dengan melakukan pengajakan terhadap gejala tersebut.
2. Penelitian deskriptif
Didasarkan pada pertanyaan (bagaimana). Temuan dari penelitian ini lebih luas karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel yang berhubungan dengan masalah itu.
3. Penelitian eksplanatif
Bertitik tolak pada pertanyaan (mengapa). Didasarkan kepada hipotesis-hipotesis yang datanya dikumpulkan dengan metode sampling.
4. Penelitian eksperimen
Ketiga penelitian yang disebutkan expost fact research. Karena peristiwa yang diteliti sudah terjadi sehingga data-datanya dapat dilacak kembali melalui kuesioner./ dokumen yang relevan.
Penelitian eksperimen è suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keefektifan hasil penelitian, dengan cara melakukan sebuah metode kepada kelompok/ pengetahuan tentang dan melakukan metode yang sama kepada kelompok lain sebagai pembanding. Sehingga kita bisa mengetahui data tentang seberapa keefektifan pengajaran metode tersebut.

G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu disebut penelitian verifikasi. Keraguan terhadap suatu teori tertentu yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa actual yang dihadapi.
Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian empiris dan hasilnya bisa menolak/ mengukuhkan/ merevisi teori yang bersangkutan.
2. Manfaat praktis
penelitian juga bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah praktis, mengubah cara kerja supaya efisien.

H. Etika Penelitian
Yang perlu ditaati para peneliti :
Ø Bidang yang diteliti sesuai keahlian
Ø Peneliti harus merahasiakan semua Informasi yang diperoleh dari responden
Ø Peneliti tidak menuntut responden untuk bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan.
Ø Peneliti tidak memaksakan kehendak kepada responden untuk memberikan informasi kepada responden


I. Unsur-Unsur penelitian ilmiah
1) Konsep awal : fakta yang disereap indrawi, direkam oleh otak kemudian diungkapkan kembali
2) Konsep sederhana : konsep awal di abstraksikan dengan nama atau lambang
3) Istilah : Nama dan Lambang yang dipersepsi sama.
4) Definis i : istilah yang dijelaskan secara khusus
5) Pengertian : definisi yang dijelaskan secara khusus
6) Faktor : Fakta yang mempengaruhi
7) Proposisi : hubungan antar factor/konsep yang dapat dinilai benar atau salah
8) Embrio teori : Proposisi diatas yakni sebagai embrio teori
9) Konsep lanjutan / Teory : Hubungan proposisi secara khusus konsep yang terkait sistematis dengan definisi dan proposisi
10) Hukum dan dalil : teori yang teruji dan bertahan
11) Asumsi dasar/Postulat : Fakta yang tidak perlu di uji kebenarannya
12) Hipotesis : Rumusan proposisi untuk di uji secara empiris / pernyataaan sementara yang perlu di uji kebenarannya secara empiris
13) Definisi operasiona : petunjuk bagaimana suatu variable di ukur
14) Variabel : sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai



REFERENSI :
Usman, Husaini dan Setiadi Akbar Purnomo. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta : Penerbit Sinar Harapan.
Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya Indonesia